Setelah Umar Hartono (Eiji Miyahara), seorang mantan tentara Jepang yang memilih tinggal di Indonesia pasca Perang Dunia II, memperoleh bintang jasa Kekaisaran Jepang pada pertengahan 2009 lalu. Kini pada medio September 2011, lewat buku baru berjudul Mereka yang Terlupakan: Memoar Rahmat Shigeru Ono, Bekas Tentara Jepang yang Memihak Republik (Zanryu Nohon-hei no Shinjitsu), khalayak Jepang dan Indonesia diajak untuk berkenalan dengan Shigeru Ono (Sakari Ono), seorang prajurit Jepang lain yang memilih tetap tinggal di Indonesia untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan melawan agresi militer Belanda dan sekutunya pasca Perang Dunia II. “Saya termotivasi untuk bertempur bersama pejuang Indonesia, karena menurut saya Indonesia pantas untuk dipertahankan, dan saya telah membuktikan komitmen saya”, jelas Shigeru Ono.
Adalah Hayashi Eichi, seorang mahasiswa Universitas Keio yang dengan tekun merangkai data penelitiannya sejak pertemuannya pertama kali dengan Shigeru Ono pada 2004. Bahkan dalam rangka pengumpulan sumber dan data, Hayashi telah lebih dari 80 kali mengunjungi Ono yang tinggal di Batu, Malang, Jawa Timur. “Di Jepang, peran mereka masih sangat sedikit diungkapkan. Dan melalui buku ini, saya bermaksud menyampaikan kepada generasi muda Jepang mengenai alasan mengapa para mantan tentara jepang tidak kembali ke tanah airnya”, tambah Hayashi, sebagaimana dikutip dari NusantaraNews.
Shigeru Ono lahir pada 26 September 1918 di wilayah prefektur Hokkaido, Jepang. Sebagaimana dikisahkan dalam buku memoar Rahmat Shigeru Ono (halaman: 9), ketika menginjak usia awal 20-an, Ono di luar dugaan berhasil menembus ujian masuk sekolah kemiliteran yang terkenal amat sulit ditaklukkan. Dapat memasuki sebuah sekolah kemiliteran di masa itu dipandang sangat prestisius di mata masyarakat Jepang yang mana negeri mereka memang tengah berkonflik dengan daratan China. Namun garis takdir Ono ternyata menuntun dia untuk bertugas pada sebuah negeri bekas jajahan Belanda yang terletak jauh di sebelah selatan tanah kelahirannya. Di tanah bekas jajahan Belanda itu, Ono mendapat banyak kesempatan untuk bergaul secara langsung dengan rakyat pribumi Hindia Belanda. Bahkan Ono juga berkesempatan untuk ikut melatih ilmu kemiliteran kepada beberapa orang pemuda pribumi. Rentetan penderitaan bangsa pribumi yang harus diterima sebagai imbas penjajahan Belanda dan masa pendudukan Jepang, pelan tapi pasti mulai memantik rasa simpati Ono terhadap mereka.
Hingga pasca berakhirnya Perang Dunia II, Shigeru Ono memilih sebuah keputusan besar dalam hidupnya, dengan tetap tinggal di Indonesia dan tidak mau kembali ke Jepang. Selanjutnya, Shigeru Ono yang telah dianggap sebagai pengkhianat oleh negara asalnya, mulai sibuk bertempur bahu-membahu bersama pasukan pribumi Indonesia untuk menghadang pasukan Belanda yang mencoba kembali menduduki Indonesia, hingga akhir Desember 1949. Setelah berakhirnya masa perang, kehidupan Ono berjalan tidak menentu, kewarganegaraan Jepangnya telah dicabut dan ia sendiri pun belum resmi diterima sebagai Warga Negara Indonesia, ia juga harus kerja serabutan untuk menyambung hidupnya. “Pada masa itu, saya tidak punya kewarganegaraan, sejak 1951 saya sudah mengajukan permintaan kewarganegaraan Indonesia, namun tak ada tanggapan hingga pertengahan 1950-an”, jelas Shigeru Ono, yang kemudian bernama Rahmat Shigeru Ono setelah menjadi WNI.
Moment terindah Shigeru Ono sebagai mantan pejuang kemerdekaan terjadi pada 1958. Ketika itu Presiden Soekarno menganugerahkan kepadanya Bintang Veteran dan Bintang Gerilya, yang menjadikannya diakui sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia yang kelak berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. “Saya hampir tak punya apa-apa. Tidak punya rumah, pekerjaan, dan kewarganegaraan. Hanya petani Indonesia saja yang memberi kami makan, pakaian, dan tempat bernaung”, kenang Shigeru Ono pada masa awal kemerdekaan dulu.(st)
Ket: Artikel ini telah direvisi seperlunya atas masukan dan saran dari saudara Aizun Heni.
(Oryza Aditama / http://www.saudaratua.wordpress.com)
10 komentar
Comments feed for this article
September 17, 2011 pada 11:51 pm
kukuh budiharso
bagus artikelnya………………………….. salam kenal http://budiharso.wordpress.com
Oktober 31, 2011 pada 10:39 am
neny
Inspirasi ntuk cari tau mungkin opa yang ku cari masih hidup dan tetap berada di Indonesia, karena omaku juga masih hidup dan masih tetap menunggu … sejak tahun-tahun pasca proklamasi dan akhhirnya si opa yang ktnya mantan Japanese military doctor di north sumatera itupun terpisahkan darinya dan terkubur beritanya bersama kebungkaman omaku tercinta…
Desember 7, 2011 pada 12:08 pm
c. masako meijer
Salam kenal. Sejarah Pak Ono populer juga dikalangan anak-anak keturunan serdadu Jepang. Di negeri Belanda kurang-lebih 100 orang mendirikan yayasan JIN – Sakura (sejak 1992). Beberapa angauta berhasil mencari papa dan keluarga di Jepang. Tetapi bagaimana juga sukar sekali utk mencari. Percobaan kami utk berhubung/bekerja sama dng yayasan warga persahabatan di Jakarta dan Medan sampai sekarang tidak berhasil. Sayang sekali.
Salam dari C. Masako Meijer (sekr. Sakura Foundation)
Mei 1, 2012 pada 10:03 am
kurnia ari
apa bapak mau ketemu papi?
sy msh saudara sm papi shigeru.. 🙂
Februari 4, 2012 pada 9:32 am
Aizun Heni
Saya senang membaca artikel ini, tetapi juga ingin meralat. Pak Rahmat Shigeru Ono yang nama aslinya Sakari Ono menjadi tentara bukan karena wajib milter, dan jika ingin lebih dalam mengetahui tentang Rahmat Shigeru Ono dan beberapa zanryu Nihong hei silakan membaca buku “MEMOAR RAHMAT SHIGERU ONO, Mereka Yang Terlupakan” oleh Penerbit Buku Ombak. terima kasih
Februari 8, 2012 pada 6:24 am
oryzaaditama
terimakasih atas saran dan masukannya, poin-poin tersebut akan segera saya perbaiki. Btw klo boleh tau, saudara Aizun ini salah satu peneliti di buku memoar bapak Rahmat Shigeru Ono, ya?
Mei 1, 2012 pada 10:01 am
kurnia ari
terima kasih sudah membuat artikel ini.. alhamdulillah papi Rahmat shigeru masih sehat sampai sekarang.. 🙂
Mei 2, 2012 pada 1:53 am
Aizun Heni
@oryzaadinata, iya Aizun salah satu peneliti tentang papi yang di Indonesia. penelitian dilakukan pertama kali pada Agustus 2004 sampai sekarang…. jika ada pertanyaan silakan. silakan baca juga asyiknyabelajarindonesia.blogspot.com.
Agustus 15, 2012 pada 4:47 am
van amir
saya sangat banga dan terharu membaca artikel ini saya janji cerita ini akan saya kenang & ceritakan ke anak” saya
Agustus 26, 2014 pada 4:48 pm
Maz Herie
Inna Lillahi wa inna ilaihi raji’un..
beliau baru saja meninggal hari senin 25 /08/2014… beliau tetangga saya.. lahummul fatihah…. aamiin.. beliau selalu berpesan kpd generasi muda indonesia :BERANTAS KORUPSI, BERANTAS KORUPSI, DAN BERANTAS KORUPSI”