Niatan pemerintah Indonesia untuk menguasai penuh saham Inalum pada 2013 sepertinya makin bulat. Disela kunjungan kerjasama ekonomi Indonesia-Jepang, Menko Perekonomian Indonesia, Hatta Rajasa, menegaskan kepada para koleganya dari Negeri Sakura bahwa 2013 kelak, Inalum sepenuhnya akan menjadi milik Indonesia. “Soal Inalum, mereka (Jepang) berharap diikutsertakan kembali. Tapi posisi kita jelas, di 2013 Inalum akan kembali ke Indonesia. Jadi posisi kita beda,” ujar Hatta di Imperial Hotel Tokyo pada 10/10/2012, sebagaimana dikutip dari Detik. PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) adalah sebuah perusahaan pengolahan dan peleburan aluminium hasil patungan Jepang dan Indonesia yang mulai berdiri sejak 1976.

Sebelum resmi berdiri pada 1976, sebenarnya pembahasan rencana pembangunan perusahaan peleburan aluminium oleh Indonesia-Jepang di kawasan Asahan, Sumatera Utara, telah cukup lama dilakukan. Tercatat pada 1972, Nippon Koei, sebuah perusahaan konsultan Jepang melaporkan hasil studi kelaikan proyek di kawasan itu. Hingga pada 7 Juli 1975 di Tokyo, 12 perusahaan penanam modal dari Jepang menandatangani perjanjian untuk ikut mewujudkan proyek besar itu. Mereka kemudian membentuk grup perusahaan bernama Nippon Asahan Aluminium Co Ltd (NAA) bersama pemerintah Jepang. Dan NAA inilah yang kemudian bersama pemerintah Indonesia pada 6 Januari 1976 resmi mendirikan PT Indonesia Asahan Aluminium atau biasa disebut Inalum.

Adapun kepemilikan saham Inalum antara Indonesia dan Jepang mengalami pasang-surut dari waktu ke waktu. Pada 1976, Indonesia 10% dan Jepang 90%; tahun 1978, Indonesia 25% dan Jepang 75%; tahun 1987, Indonesia 41,13% dan Jepang 58,87%; dan mulai 1998 hingga kini, Indonesia 41,12% dan Jepang 58,88%. (st)

(oryza aditama / http://www.saudaratua.wordpress.com)