Nara Institute of Science and Technology (NAIST)

Nara Institute of Science and Technology (NAIST)

Setidaknya kurang dari tiga tahun belakangan ini, Nara Institute of Science and Technology (NAIST) dari Jepang, telah sukses menggaet sejumlah talenta ilmuwan yang banyak bertebaran di Indonesia. Setelah pada pertengahan 2009, Khoirul Anwar seorang alumnus ITB yang bekerja di NAIST berhasil menemukan sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing). Dikabarkan pada pertengahan tahun 2011 ini, giliran Retno Supriyanti asal Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) yang bekerja bersama tim Nara Institute berhasil membuat metode deteksi dini penyakit katarak.

Asal tahu saja, metode deteksi dini penyakit katarak ciptaan Retno Supriyanti bersama tiga orang ilmuwan Jepang bernama Hitoshi Habe, Satoru Nagata, dan Hitoshi Kidode telah mendapat paten dari dua lembaga, yaitu: Japan Patent (nomor 2008-035367) dan International Patent (nomor: PCT/JP2009/52572). Dan pihak Indonesia pantas kecewa, karena hak patent karya Retno bersama timnya itu telah dipegang oleh Nara Institute of Science and Technology, yang bermarkas di Ikoma, prefektur Nara, Jepang.

Hasil riset Retno Supriyanti bersama timnya, pada dasarnya memanfaatkan penggunaan specular reflection di dalam pupil mata. Specular reflection adalah pantulan cahaya yang terjadi di permukaan. “Metode kami mengacu pada proses terjadinya specular reflection, hanya saja permukaan yang digunakan disini adalah lensa mata”, terang Retno sebagaimana dikutip dari Detik.

Berbagai inovasi dan karya para  ilmuwan Indonesia sedari dulu memang banyak menjadi incaran pihak luar. Setidaknya data tahun 2009 menunjukkan bahwa ada lebih dari 600 orang ilmuwan Indonesia yang lebih memilih untuk berkarya diberbagai universitas dan lembaga riset di luar negeri, dan jumlah ini terus merangkak naik hingga detik ini. Pada ilmuwan Indonesia lebih memilih berdomisili di luar negeri karena jaminan masa depan penelitian dan karir mereka, selain fasilitas, ketersediaan dana riset, dan tingkat kesejahteraan yang memang lebih diperhatikan. (st)

(oryza aditama / http://www.saudaratua.wordpress.com)