Goa Jepang di Biak Papua

Goa Jepang di Biak Papua

Ketika itu Kolonel Kuzume Naoyuki bersama sekira tiga ribu orang serdadu Dai Nippon yang pernah sukses melibas kawasan Pasifik pada periode awal Perang Dunia II, tengah terdesak oleh serangan balik pasukan Sekutu yang semakin menghebat di Biak, Papua. Dalam posisi yang semakin sulit tersebut rombongan Kuzume memutuskan untuk membangun benteng pertahanan terakhir pada sebuah goa yang cukup besar. Namun, pada Rabu 21 Juni 1944 yang nahas itu, Batalyon 1 infanteri 162 Sekutu, berhasil membobol pertahanan serdadu Jepang yang telah sekarat dan hanya tinggal 250 orang saja dengan membakar dan memanggang habis mereka semua yang ada di dalam goa. Tempat itu kemudian dikenal dengan nama Goa Jepang.

Sebenarnya pada awal pendudukannya di Biak pada 1942, pasukan Jepang berhasil mendaratkan tak kurang dari 10.400 orang serdadunya. Pada periode berikutnya, hembusan angin peperangan memang semakin memihak tentara Sekutu yang dibuktikan dengan rentetan kesuksesan mereka memukul pasukan Jepang di beberapa front Pasifik. Namun seperti halnya di tempat lain, tentara Sekutu memang terbilang cukup kerepotan untuk mengalahkan pasukan Dai Nippon di Biak yang terkenal pantang menyerah dan tak takut mati. Sampai pada akhirnya goa pertahanan terakhir Kolonel Kuzume Naoyuki berhasil disulap menjadi neraka oleh pasukan Sekutu, setelah menghujaninya dengan peluru, granat, minyak, dan lebih dari 850 pon TNT. “Ketika kami memasuki goa-goa itu, aroma mayat terpanggang yang menyengat datang menyambut kami; rupanya peluru, granat, gasoline, dan TNT telah melakukan tugasnya dengan baik”, kata salah seorang veteran punggawa Sekutu, Letnan Jenderal Robert L Eichelberger, dalam buku Jungle Road to Tokyo.

Jauh sebelum kedatangan pasukan Kuzume, masyarakat lokal dari kampung Ambroben telah menyebut goa benteng pertahanan Jepang itu dengan nama Abyab Binsari. Dalam bahasa lokal Abyab berarti Goa, dan Binsari berarti Nenek. Menurut cerita turun temurun, dahulu kala goa itu memang menjadi tempat singgah seorang nenek. Dikisahkan saat itu seorang nenek yang tengah berkebun tak jauh dari goa, tanpa sengaja menemukan sebuah goa yang menyediakan air segar yang selalu menetes dari batuan stalagtit dan stalagnit di dalamnya. Jadilah goa tersebut sebagai tempat singgah yang ideal setiap kali sang nenek tengah berkebun.

Hingga detik ini goa yang terletak di kampung Ambroben, distrik Biak Timur, Papua ini, serasa menjadi tempat wajib bagi para turis Jepang yang berkunjung atau hendak berziarah di Biak, Papua.(st)

(oryza aditama / http://www.saudaratua.wordpress.com)